Laman

Wednesday, July 3, 2013

Industri Telko Hadapi Ancaman Berat di Masa Depan

Berita dan Informasi Teknologi Terbaru berbagi informasi tentang "Industri Telko Hadapi Ancaman Berat di Masa Depan". Informasi tersebut dikumpulkan dari sumber yang disebutkan di bawah artikel. Info tentang "Industri Telko Hadapi Ancaman Berat di Masa Depan" layak Anda baca baik sebagai infomasi maupun penambah pengetahuan Anda.

Industri Telko Hadapi Ancaman Berat di Masa Depan

Headline
(Foto: istimewa)
Oleh: Wahyu Perdana Putera

INILAH.COM, Jakarta - Saat ini pengguna internet bisa berkomunikasi secara online, meski dalam lingkup terbatas. Di kemudian hari, mereka dibayangkan dapat berkomunikasi dalam lingkup tak terbatas.

Menurut Adrianto FNU, seorang praktisi dan pengamat telekomunikasi, ini mengartikan di kemudian hari pengguna layanan Google, misalnya, akan bisa berkomunikasi dengan pengguna layanan Apple.

Tanda-tanda ancaman ini sudah muncul pada beberapa bulan terakhir. Enam bulan yang lalu, industri telekomunikasi mengalami ancaman kecil dikarenakan matinya industri konten sehingga pendapatan menurun dan kurangnya kepercayaan masyarakat kepada operator.

"Kalau kita melihat 20 tahun yang lalu, industri pos, pager, telepon tetap dan telepon bergerak analog perlahan menuju kematian. Bagaimana dengan industri telekomunikasi GSM? Diperkirakan akan menuju kehancuran dalam 3-5 tahun mendatang," ujarnya.

Menurutnya, kita harus melihat geliat raksasa di dunia IT seperti Google, Apple, RIM, Microsoft dan Samsung yang mulai berlomba menguasai industri telekomunikasi hilir (device) dan hulu (application) dan menjadikan operator hanya sebagai pipa terhadap layanan mereka (Over The Top).

Mereka sudah mempunyai perantara (ID) untuk berkomunikasi. Google dengan Google_ID, Apple dengan Apple_ID dan Blackberry dengan PIN. "Analogikan dengan operator GSM untuk berkomunikasi menggunakan nomor telepon. Berbedakah? Jawabannya tidak," katanya.

Kemudian bermunculan OTT gaya baru yang memberikan layanan seperti operator selular (call & messaging) dengan harga lebih murah bahkan gratis. Seperti LINE, KakaoTalk, WhatsApp dan lainnya.

Faktanya adalah MSISDN tidak digunakan sebagai ID untuk semua layanan di internet, melainkan menggunakan alamat e-mail. "Dari sisi layanan telekomunikasi, Google mempunyai Google Talk, Apple mempunyai FaceTime dan iMessage serta BlackBerry mempunyai tRing dan BBM, bandingkan dengan layanan operator GSM phone dan SMS. Berbedakah? Jawabannya tidak," sambungnya.

Adrianto mengingatkan bahwa mereka masih punya segudang layanan yang tidak dipunyai oleh operator dan sudah serta akan tersedia di toko aplikasi, semacam Google Play, App Store dan Apps World.

Penguasaan industri dari hulu ke hilir (DNA ecosystem) menjadi sangat penting untuk berjaya, artinya operator menyediakan device dan aplikasi membuat ekosistem DNA yang terintegrasi.

Menurutnya, ada tiga pilihan supaya operator mampu menghadapi persaingan untuk 3-5 tahun mendatang.

1. Tetap menjalankan bisnis seperti biasanya dan melakukan pengembangan layanan kreatif dan berharap tidak tejadi ancaman industri telekomunikasi.

2. Mengembangkan layanan seperti yang dibuat oleh raksasa IT yang dikenal dengan digital lifestyle. Ilustrasi idealnya adalah operator menyediakan handphone operator yang menjalankan di OS-Operator berisi layanan Operator Messaging, Operator SocialNet, Operator Map + Navigasi, Operator Music, Operator Search, Operator Game dan lain-lain yang tersedia di Toko Operator.

Tentunya dalam implementasinya disesuaikan dengan business capability dan core competency Operator. Dengan konsep pricing bundling all you can eat.

3. Mengembangkan layanan yang mempunyai value proportioning yang tinggi dan/atau pasar yang belum dilirik oleh pesaing (blue ocean strategy), seperti mobile learning, mobile TV, Machine to Machine (M2M) dan Software as a Service (SaaS) yang dibangun di atas infrastruktur yang ada.

"Bagaimana mengimplementasikan ke-tiga pilihan itu, tentunya melalui cost & benefit analysis yang tepat. M2M, SaaS dan digital lifestyle yang seperti apa? Tentunya disesuaikan dengan business capability dan core competency perusahaan," paparnya.

Menurutnya, harus ada perubahan menyeluruh baik itu arah investasi, cara menjual, pengembangan SDM, budaya perusahaan dan lain-lain dari TELCO PROVIDER menjadi SERVICE PROVIDER.

Adrianto memungkasi dengan mengatakan bahwa pemangku kepentingan industri telekomunikasi di Indonesia seperti operator telekomunikasi, pemerintah, institusi pendidikan dan software house perlu berkonsolidasi untuk bersama-sama menyelamatkan industri telekomunikasi di Tanah Air. [ikh]

Semoga informasi tentang "Industri Telko Hadapi Ancaman Berat di Masa Depan" di atas bermanfaat bagi Anda.

No comments:

Post a Comment